Agar terhindar dari vaksin palsu
Peredaran vaksin palsu telah terungkap. Orang tua yang anaknya hendak vaksinasi perlu lebih waspada. Namun Anda juga jangan lantas stop memberikan vaksin pada anak.

Peredaran vaksin palsu telah terungkap. Orang tua yang anaknya hendak vaksinasi perlu lebih waspada.

Dikutip Kompas, menurut vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD, orang tua berhak meminta tenaga kesehatan menunjukkan kemasan vaksin sebelum diberikan pada anak. Orang tua juga bisa bertanya ke pihak layanan fasilitas kesehatan, asal produksi vaksin yang digunakan.

Pun demikian, membedakan vaksin asli dan palsu tidak bisa dilakukan kasat mata. "Orangtua maupun dokter, sepertinya sulit untuk membedakan secara langsung yang mana vaksin asli dan palsu. Yang bisa memastikan adalah uji laboratorium," ujar Direktur Pengawasan Produksi Produk Terapeutik BPOM Togi Junice Hutadjulu.

Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Aman Bhakti Pulungan, SpA (K), dokter anak di tempat praktik masing-masing telah diimbau untuk memastikan asal produksi vaksin. Namun orang tua tetap perlu meningkatkan kewaspadaan.

Untuk memastikan anak mendapat vaksin asli, Aman mengimbau orangtua membawa anak ke fasilitas kesehatan resmi milik pemerintah. Rumah sakit maupun puskesmas dijamin olehnya menyediakan vaksin dari produsen dan distributor resmi.

Dampak vaksin palsu

Menurut pengakuan produsen vaksin palsu yang didapat Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Agung Setya, kebanyakan mereka lulusan sekolah apoteker. Namun vaksin yang mereka produksi tidak sesuai standar Kementerian Kesehatan.

Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek dilansir Tempo mengatakan vaksin palsu yang sudah diteliti mengandung cairan infus dan antibiotik gentamisin. Kata Nila, dampaknya tidak terlalu membahayakan.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah proses pembuatannya yang diduga tidak steril. "Jika tidak steril, dapat mengakibatkan infeksi," kata Nila.

Hal senada diungkapkan Aman Pulungan. Vaksin palsu berisi cairan itu akan membuat anak tidak kebal. "Misalnya divaksin palsu untuk hepatitis B, jadinya anak tidak kebal hepatitis B," kata Aman.

Itu mengapa Menteri Nila mengimbau pentingnya vaksinasi ulang bagi anak yang mendapat vaksin palsu. "Kalau ini isinya hanya cairan, tentu tidak berfungsi sama sekali. Jadi, kita berikan ulang pada mereka," tegasnya.

Vaksinasi ulang tersebut akan diberikan secara gratis karena masuk program pemerintah. Demikian disampaikan Nila, dilansir detikcom.

sumber